Saturday, July 25, 2015

Buah Manis Perpisahan

Apa yang kalian ketahui tentang takdir? Apakah hanya sebatas rejeki? Hanya sebatas jodoh yang dipilihkan Tuhan? Sebatas ajal? Atau gabungan dari ketiga hal tersebut yang telah kita yakini telah tertulis dalam Lauh Mahfuzh?

Bagi saya, takdir itu juga mencakup hal lain.

Masih teringat jelas di memori, 5 tahun lalu, saat kita dikumpulkan dalam satu ruangan di kampus kita yang tercinta. Kita membawa segudang cita-cita dan impian masing-masing. Sebagian dari kita masih memegang cita-cita yang telah tergambar di dalam pikiran sejak mengisi bundaran formulir SNMPTN. Namun tidak banyak juga dari kita yang “mungkin” lebih realistis, sehingga cita-cita tersebut lambat lain terkikis oleh kenyataan hidup. Tidak ada yang salah dari hal tersebut. Bagi yang masih memegang cita-citanya, semoga di-ijabah. Dan bagi yang sekarang menemukan tujuan hidup baru, semoga lebih baik dari tujuan sebelumnya.

Di semester pertama, kita disibukkan dengan hal-hal yang memang biasanya menjadi kesibukan anak kuliahan, mengerjakan tugas, mengikuti lomba, bergabung dalam organisasi yang dirasa cocok dengan visi hidup kita, atau kuliah yang diselingi dengan hangout bersama teman dekat atau pacar. Sekali lagi, tidak ada salah dengan itu. Masing-masing kita mempunyai cara dalam menyeimbangkan hidup kita dari tugas dan kewajiban sebagai mahasiswa. Di sela-sela kuliah, kadang kita duduk-duduk di bawah pohon (atau duduk di bangku kantin sembari menunggu pesanan datang) dan membicarakan hal-hal yang mungkin kalau kita ingat, kita merasa bodoh juga sempat menghabiskan tenaga dalam mengurusi masalah orang lain. “eh, putus mi ini dengan itu toh?”, “jadian ki bede si dia dengan dia?” ataukah “ngapamamo ini dosen itu”, “jeleknya mengajar dosen itu”. Kemudian lama kelamaan naik ke level pembicaraan lebih tinggi, “bab berapa mako?”, “moko kuliah di mana habis S1?”, dan pertanyaan lain yang kemudian mengharuskan kita memikirkan kembali ketika telah merebahkan badan di kasur kamar kontrakan.

Kemudiaan….

Jreengg….!!

5 tahun sudah berlalu, secepat membalas pesan dari odo’-odo’. Bagi saya sendiri, saat ini adalah perpisahan kepada kehidupan sarjana. Ada yang lebih cepat berpisah, dan ada pula yang masih nyaman dan berusaha untuk berkarya atau melakukan hal positif dengan status mereka sebagai mahasiswa. Sedikit klise, tidak ada yang salah dengan itu. Persahabatan dibentuk oleh beberapa hal. Ada yang bersahabat karena sama-sama benci si Anu. Ada yang dekat karena sama visi hidup dan seperjuangan, dan ada pula yang karena sama-sama mengalami masalah hidup yang sama, atau pun karena sering “bobo bareng”. Namun, ada juga yang agak aneh. Walau misalnya kita mempunyai masalah berbeda, visi misi yang berbeda, background yang berbeda, tetap kita saling menguatkan. Dan pastinya, sebagai seorang makhluk sosial, kita telah menemukan sahabat masing-masing dalam kumpulan manusia-manusia yang dipertemukan dalam ranah akademik dan dalam usaha pencarian jawaban “mengapa saya dilahirkan di dunia”. Pertemuan dan persahabatan kita adalah takdir.

Seperti kata pepatah, jika ada pertemuan, maka akan ada perpisahan. Sebagian dari kita, ada yang ditinggalkan, ada yang meninggalkan. Walau, kata orang, teknologi menjadikan jarak tidak lagi menjadi masalah dalam menjaga hubungan pertemanan, bagi saya, kehadiran seseorang (beberapa orang) tetaplah tidak tergantikan. Tidak akan sama. Tidak ada teman yang mungkin kamu minta tolong beri makan ikanmu, atau bantu kamu pindahkan barangmu jika rumah kena banjir, atau sekedar temani kamu makan di blok sebelah. Walau mungkin nanti kalian dapat teman yang seperti itu, rasanya akan beda.

Masing-masing kita telah menemukan jalan (atau akan) menemukan jalan yang kita harapkan (atau bahkan tidak jalan pernah diekspektasikan sebelumnya). Bagi yang meninggalkan, mereka akan mulai hidup baru, mencari teman baru, atau memulai dari nol kembali untuk menemukan seseorang yang dapat dipercaya hanya untuk menceritakan hal-hal jahiliah yang masing-masing pernah kita lakukan. Begitu pula bagi yang ditinggalkan, juga akan membutuhkan waktu untuk beradaptasi tanpa kehadiran yang meninggalkan. Frekuensi komunikasi pun akan sedikit demi sedikit berkurang. Sebulan dua bulan pertama, kita masih intense ber-LINE atau BBM ria. Setengah tahun kemudian frekuensi sms-an atau telpon-telponan dengan sahabat mulai berkurang yang dikarenakan kesibukan dalam tahap lanjut dari pencarian “rejeki” masing-masing. Dan akhirnya, (mungkin) lost contact. Mungkin karena terlalu sibuk, atau karena ganti nomor telepon, atau karena lupa password akun media sosialnya.

Hal ini wajar. Walaupun ketika kita sampai pada tahap grup LINE kita tidak ramai lagi, percaya lah, waktu dan momen yang telah terlewati dengan teman dekat tidak akan hilang dari ingatan. Momen dan waktu yang habis yang membentuk siapa kita. Kebersamaan yang terlewati tetap akan melekat di hati, ibarat jerawat pubertas di wajah anak ABG (weee, AaaBeGee…).

Inilah sebenarnya yang ingin saya katakan, walaupun kita sudah punya jalan masing-masing, dan telah berada di titik perjalanan hidup yang mengharuskan kita berpisah, suatu saat, garis takdir kita akan kembali dipertemukan. Wajah-wajah yang 5 tahun lalu (atau 7 tahun lalu bagi “mahasiswa level anak band”) yang selalu lihat tiap hari akan kalian temui lagi. Inilah yang menjadi buah manis perpisahan. Walau kita berpisah lama, kelak ketika bertemu, lamanya waktu perpisahan yang telah berlalu akan terobati dengan satu pertemuan tadi, seakan kita tidak pernah berpisah. Dalam pertemuan tersebut, kita akan saling belajar dari asam dan manis kehidupan yang teman kita telah cicipi, yang saling dipertukarkan melalui cerita. Ibarat menahan haus ketika berpuasa, semakin lama kita menahan dahaga, semakin terasa nikmat pula es tes manis yang diminum saat berbuka. Begitu lah juga dengan pertemuan. Pertemuan semakin nikmat jika kita lama tak bersua, dan ketika bertemu, tumpah lah semua cerita yang telah kita simpan untuk diceritakan kepada sahabat lamamu, termasuk cerita tentang seseorang yang telah mengambil atau membuatmu patah hati.

Teman-teman sekalian, selamat berjuang dengan fase lanjut hidup kalian. Mari kita saling mendoakan dan mengingatkan.

Orang bugis bilang, “Jika kita tanam padi, pasti akan tumbuh juga rumput. Namun jika rumput yang kita tanam, padi tidak akan kita dapatkan”. Yang artinya, jika kejar akhirat, dunia pasti kita akan dapatkan. Jika hanya kejar dunia, tidak ada akhirat untuk kita. Bukan untuk menggurui, namun sebenarnya ini hanyalah pengingat untuk diri saya pribadi.

Saya mengakhiri tulisan singkat ini dengan kutipan dari Andrea Hirata yang diinteprasikan dari pemikiran agung Harun yahya :  

“Hidup adalah nasib, bisa tampak berantakan, misterius, fantastis, dan sporadis (tidak pakai bombastis ji), namun setiap elemennya adalah subsistem keteraturan dari sebuah desain holistik yang sempurna. Menerima kehidupan berarti menerima kenyataan bahwa tak ada hal sekecil apa pun yang terjadi karena kebetulan. Ini adalah fakta yang tak terbantahkan.”


Makassar, 11 Juli 2015.


Zulfikar Dilahwangsa
(Hampir Ammali Community)

Friday, May 29, 2015

Sekilas tentang Bercerita

Jarum jam menunjuk angka 12, waktu cetak koran dimulai. Penjelajahan sedari pagi hingga malam telah tertuang di dalam lembar-lembar koran. Ruangan redaksi yang sejak sore ramai riuh dengan tawa, diskusi, lalu berganti nada ketikan "keyboard" komputer pun perlahan sunyi. Hari Sabtu (30/5) telah tiba. Jumat tertinggal. Esok pun Sabtu akan berganti Minggu. Seperti itulah hidup; berganti, berubah, dan terus berjalan. Biasanya, pilihan untuk pulang sebelum pukul 24.00 tak banyak. Dan, kali ini, memilih tetap di ruangan yang menyepi itu bukanlah hal yang salah. Ruangan yang berukuran kira-kira 70 meter x 30 meter itu kini hanya diisi oleh belasan orang. Meski ruangan itu terasa sunyi dan lampu dipadamkan, saat membaca blog Angkatan Rapuh, rasanya jadi riuh. Apalagi, setelah membaca tulisan terbaru dari Nu dan Inna. Kali ini, menyimak blog itu seakan melewati hari bersama teman Angkatan Rapuh. Menggembirakan! Rangkaian kata di tulisan Nu tidak terasa kaku. “Kerenyahannya” terasa karena membagikan ide dan pengalaman. Betul, setiap cerita adalah pelajaran dan pembebasan. Seperti itulah blog Angkatan Rapuh. Bercerita dan berbagi meskipun tak bertatap atau tak bersuara karena soal jarak. Percayalah, bercerita akan membahagiakan. Banyak hal yang ingin dicurahkan, tapi, biasanya, pertanyaan mau memulai dari mana malah membuat kita berhenti. Tidak masalah. Mulai saja dulu, entah dari mana. Memulai dari jarum jam yang menunjuk angka 12 di malam hari sepertinya bukan pilihan yang bijak. Bukan hanya karena angka 12, tetapi juga terkait beberapa jam lagi, jarum itu menunjuk angka yang lebih kecil seperti 4, 6, atau 8. Angka-angka yang berarti “penjelajahan” diawali lagi. Tetaplah bercerita. Selamat ber-Birmingham, Dwi. Selamat ulang tahun Icha. Selamat untuk semuanya dan berbahagialah! Ikki, Ketua Ojek-HI setelah Apip

Sunday, April 19, 2015

Merhaba!

Waalaikum salam..

Halo, angkatan! Ini janji janji manis untuk menulis ndak tau kenapa selalu tertunda tunda. Maklum, turki keras apalagi Ankara, kayak ridho galau terus. Satu jam panas, mendung, angin kencang, hujan, salju, nda jelas satu hari bisa ada 4 musim. Uhuk.

Deh, ada kabar satu satu nyusul ke Inggris dan lainya sedang prepared, speechless! Kalian terlalu hebat untuk tidak dibanggakan! Apalah saya ini sedang bergelut dengan bahasa turki yang konon kabarnya bahasa tersulit ke 4 didunia, nda tauma lagi mau bilang apa, asli, jadi orang tolo ka dikelas, hahhaaha

Adalagi amdee yang datang ke Ankara keak pergi kampus- yos sudarso, sebentar bentar nelpon “jengg ekye ke Ankara yah jengg..” saya saja ke Istanbul transit ji kodong, belumpaka liat tempat nongkrongnya Aldi sama Amdee feat ka Hep***kalian tau lah, LDRanya keras! Ka hep** juga ke Istanbul keak ke pangkep, regular!. Ngomong ngomong yos sudarso, kualatka sama Chida, hati hati ko semua yang selalu bilang hati hati yos sudarso kennama’, dormitory ku pas seperti yos sudarso-unhas, jaaaauuuhhhh, bisami menyebrang ke kota lain, ampunka Chida, saya taumi bagaimana perasaanmu hahaha

Mauka pale cerita sedikit, ternyata disini ndak sekejam yang saya bayangkan. Kotanya asik, banyak taman, sedikit sedikit dikiramiki seng pengungsi Suriah sama pribumi Turki. Degh. Tapi itumi yang bikin berkesan, at  least saya dikira orang Arab (kalo bukan dikira orang Suriah, Iraq, Libya, Afganistan dan kawan2nya) hahahaha, Arab dari HongKong!

Ohiya, pas awal2 di sini saya sekamar sama 3 OT (orang turki, begitu nama beken mereka) tapi hadeuh, sudah jarang mandi, rantasa’, berisik, dkk akhirnya koalisi “bule bule” (termasuk saya, kan ceritanya saya disini bule’ toh, uhukuhuk) minta dipindahkan dilantai eksklusif, jadi sekarang saya sekamar sama anak dari Jordania yang hobinya arab dance dan anak dari Equador yang suka dengar lagu Koes Ploes, nda ngerti lagiiii…..

Jadi disini, senin sampai jumat pagi sampai menjelang sore, cuman belajar bahasa Turki, lepas kelas keluyuran cari tempat baru, main monopoli di kafe atau main kerumah orang Indonesia yang punya apartemen, at least siram indomie. kodong.

Tapi memang, kuliah di luar bisa bikin kepala kita terbuka, yoi men, apalagi Turki dikelilingi sama Negara2 yang lagi konflik, semoga aman amanji. Kemarin ketemu sama anak dari Suriah kira kira bilang begini “kalau saya nda dapat ini beasiswa YTB, mungkin saya sudah mati disana” degh. Padahal itu anak Jenius!

Ayo, nyusul yang mau kesini, semoga apply YTB tahun ini ada lagi yang lolos, Istanbul lah atau Ankara, karena kalau kota lain nngg..nggg…


Akhir kata, sudahma beli tiket pulang buat liburan musim panas, see you all!

-Inna-

Wednesday, March 11, 2015

Tentang Semua



Assalamualaikum wr wb.

Seiring salam hangat buat teman-teman yang telah jadi sosok-sosok inspirasi bagi saya sejak kita pake hitam putih ala maba. Siapa yang tidak bangga menjadi bagian dari angkatan ini. Bersama pemuda pemudi hebat dengan tindak tanduk yang membumi. (sebelumnya maaf kalau bahasanya ala ala puitis) jujur sampe skr saya menganggap lebih gampang menulis dengan bahasa skripsi dibanding cerita lepas seperti ini, bingung bahasanya mau santai dan lucu agar menarik pembaca tapi apa daya saya tak selihai teman – teman yg sudah posting sebelumnya. (curhat dikit) tapi bagaimanapun saya harus menulis (thanks satky sudah mengingatkan, sedikit lagi km mirip inna jadi ibu sekretaris himpunan yang nagih setoran LPJ setiap triwulan kepengurusan) hhaha masa ituu indah tapi capek juga kayak rasa waktu pertama pakai behel, sakit tapi enak (hmm. Contoh yang aneh) melalui kesempatan ini mau berterima kasih juga sama himpunan yang telah memberikan kesempatan untuk berkreatifitas.

Tapi himpunan itu benda mati. Jadi berterima kasihlah sama orang – orang yang ada di dalamnya. Lewat pengalaman berhimpunan juga lah saya bisa mendewasakan diri step by step, dan pengalaman ini jua satu point bagi saya lulus di LPDP. Alhamdulillah hmm mungkin ada yang bingung ini kok kebanyakan himpunannya disebut. Hhaha karena bagi saya, yang jelas bagi saya, tak lain bagi saya, himpunan pada saat saya berkiprah adalah kebanyakan diiisi oleh teman angkatan saya. dan dikelas pun saya melihat orang-orang yang saya liat di himpunan.

Intinya bagi saya himpunan dan angkatan adalah satu. Karena seingat saya, tak satupun kita yang tak pernah sedikitpun tak bersinggungan dengan himpunan. Di himpunan banyak cerita yang membuat saya lebih dekat dengan teman-teman. sampe ke masalah hati, himpunan jadi saksi perjalanan kisah cinta bersama ikki. Hhehe walaupun skr kita sudah putus, tapi waktu bersama ikki tidak akan pernah di sesali hanya mungkin belum jodoh.

Wallahu alam. pokoknya sampe sepanjang apapun ilustrasi saya himpunan beserta teman sekalian telah memberi saya banyak teladan.

Makasih semua.

Sebelum dapat beasiswa LPDP ini, banyak moment yang sebelumnya saya jalani tanpa saya sadari rangkaian moment tersebut mengantarkan saya hingga akhirnya lulus sebagai awardee LPDP. Setelah lulus dengan masa studi 3.8 tahun di unhas. sekitar sebulanan setelah wisuda datang kabar pembukaan beasiswa bahasa ke china. Entah kenapa yang sebelumnya tidak pernah kepikiran bahasa mandarin karena tau bahasa ini sangat rumit untuk dipelajari.

Tapi entah apa, jadinya hati tak ada ragu sama sekali untuk mendaftar. Setelah mengumpulkan berkas berupa motivation letter, study plan, medical check up, ijasah & transkip, kemudian menunggu sekitar sebulanan akhirnya kabar itu datang bahwa saya menjadi salah satu penerima beasiswa. Ya, proses seleksi beasiswa ini belum serumit proses sekarang ini, yang mana pendaftar harus mengikuti kelas intensif di Indonesia (les) sebelum berangkat dan beberapa syarat lainnya. Maka berangkatlah saya dan teman seperjuangan icha ke china. Waktu itu fikar dan christ yang juga dapat beasiswa ini, berangkat belakangan karena masih ada beberapa urusan yang harus mereka selesaikan.

Perjalanan dari Makassar – Jakarta – Guangzhou selama waktu tempuh 6 jam sampai di Guangzhou china lanjut ke Nanchang sekitar sejaman lebih. Dua cewek rapuh ini tak luput dari drama waktu di bandara soetta Jakarta mau boarding ke Guangzhou. Kita berdua di tahan di pemeriksaan passport karena di visa keterangan lama tinggal tertulis nol. Petugas menganggap ini sebagai masalah. Saya jawab bahwa lama tinggal kami 8 bulan dan kami punya admission notice dari Nanchang university menerangkan hal tersebut. Pak petugasnya lalu meminta surat tersebut. Lah, jadi panik, karena surat tersebut ada dalam bagasi. Which penerbangan connecting dari Makassar-Guangzhou bagasinya tidak lagi di ambil di Jakarta, tapi nanti pas tiba di Guangzhou baru di pick. Walhasil jadi paniklah kita berdua. Seharusnya ini tidak sepanik itu, kalau saja kita punya waktu banyak, pada saat itu waktu tinggal beberapa menit untuk boarding.

Dan petugas itu masih ngotot.

Sampe akhirnya kepala petugasnya datang dan menanyakan masalah kita. Akhirnya kita diloloskan boarding, tapi mereka bilang bahwa tidak menjamin kalau kita akan lolos pas pemeriksaan di china nanti. Walhasil sepanjang perjalanan di pesawat hati mana bisa tenang pikiran mengawang bayangin kita diusir atau kena masalah di imigrasi di china. Akhirnya tiba juga saat sampai di china, antri untuk pemeriksaan imigrasi, jeng jeng jeng, kita diperiksa dengan lancar tanpa ada masalah sedikit pun tanpa harus menunjukkan admission notice yang masih belum bisa kita ambil karena posisinya bagasi diambil setelah pemeriksaan imigrasi. Alhamdulillah leganya luar biasa.

Selama di china pun belajar bahasa mandarin dengan pengalaman nol besar sebelumnya tentang bahasa ini, membuat kepala rasanya mau meleduk. Tapi masa masa sulit itu akhirnya terlewati, 3 bulanan untuk mendapatkan ritme belajar bahasa mandarin. Bersukur mendapat roommate kak hanum, yang lihai bahasa mandarinnya Alhamdulillah jadi kecipratan juga lantaran di tatar sama kak hanum.

Banyak juga drama terjadi di china, banyak dapat pelajaran hidup cuyy. Serius. Tapi bisa jadi cerpen ini, kalau di ceritakan disini. Hhehe ini aja mungkin sudah pada mual bacanya. Alhamdulillah sepulang dari china, menguatkan tekad saya untuk melanjutkan studi master, terlebih waktu di china mendengar kabar super dari kawan sari yang ketrima di LPDP dan juga ada fitri yang berangkat ke Birmingham untuk lanjut studi master. Sungguh motivasi dosis tinggi bagi saya.

Sebulanan di ternate akhirnya bicara serius dengan kedua orang tua, mengenai plan saya untuk melanjutkan studi. Dimana untuk itu, saya butuh ielts dan HSK sebagai syarat utama beasiswa yang ada. Dengan modal keyakinan dan promosi ala marketing dalam menjelaskan dan Alhamdulillah di ACC sama ortu yang merestui saya untuk lanjut studi dan mendanai biaya ielts preparation.

Berangkatlah ke Surabaya lanjut mobil ke pare, ongkosnya lumayan murah sby-pare hanya seratus ribu dengan salah satu travel asal pare. Dijemput di bandara dan dijamin aman sampe tujuan. Inshaallah. Mulai dari 10 sept – 8 okt di TEST English School lanjut 2 minggu di Globa English, di dua tempat itu ambil Ielts preparation. Banyak paket yang ditawarkan bagi yang mau lebih mendalam belajarnya. Harganya bersahabat utk paket yang saya ambil biayanya 1 juta sudah termasuk kamar. Tapi sekamarnya ber 5 orang. Awalnya keliatan ribet karena saya berangkat sendiri di tempat baru. Well tidak terlalu menakutkan sih. Karena mereka yang lainpun orang-orang baru yang datang untuk belajar, dan emejingnya mereka pribadi-pribadi yang seru dan superrrr. Benar-benar unforgettable moment ever.

Oh ya pare ini subhanallah makanannya murah sangat. Mulai dari menu western sampe javatern HaHaHa murah semua. Jajan bisa sampe gelap mata. Setelah selesai prepration di pare, lanjut ke malang untuk tes HSK. Tes HSK atau Hanyu Shuiping Kaoshi ini, hanya diadakan 2 kali setahun. Alhamdulillah pas bulan okt ini ada di malang, maka kesempatan ini langsung saya ambil. Supaya sekali dayung 2 – 3 pulau terlampaui. Ya, perjuangannya pun tidak mudah, secara, belum selesai dengan ielts sekarang harus ditempa dengan HSK. Huff. maka 2 minggu sambil nunggu tes HSK di pake buat belajar lagi dan untuk sementara ielts diistrahatkan dulu. Alhamdulillah lulus HSK dengan mencapai standar target nilai.  Perjuangan berlanjut dengan ielts.

Ditengah menunggu hari H untuk real test ielts, dapat broadcast tentang UNIPREP dari dompet dhuafa. UNIPREP adalah kepanjangan dari university preparation. Jadi, ongkos les ielts dan tesnya ditanggung oleh dompet dhuafa, selain itu setelah mendapat target 6.5 ielts kita akan di bimbing mendapatkan loA dan beasiswa dari LPDP sampai nanti di negara tujuan dan menjadi duta dompet dhuafa. Hmm. Tertarik menjadi duta dompet dhuafa dimana selain belajar nanti juga bisa beramal jariyah. Subhanallah. Maka mendaftarlah saya, syaratnya persis syarat berkas LPDP. Dan tak di sangka ternyata fikar juga mendaftar dan kita berdua sama-sama lolos ke tahap wawancara yang waktu itu di adakan di kantor beastudi Indonesia di bogor. Tapi nampaknya pengalaman pertama wawancara saya ini adalah kesuksesan yang tertunda.

Jujur waktu sebelum masuk ruangan wawancara gugup sangat, walhasil jawaban yang keluar ngaco. Apa yang di jawab tidak sesuai dengan yang saya tulis. Sudah pasti penilaian jadi jeblok. Padahal essay, rencana studi semua bikin sendiri tapi bisa beda gitu pas wawancara. Aneh bin ajaib. Mungkin karena nervous. Pengalaman dari dompet dhuafa ini menjadi pelajaran besar buat saya, Alhamdulillah, jadi tau seperti apa suasana wawancara. Dan saya jadi sadar bahwa sebenarnya kita harus mantap dulu sama diri sendiri sebelum mendaftar beasiswa. Artinya sudah tau betul jurusan dan universitas yang dituju, tau betul apa yang si pemberi beasiswa cari. Dan penting juga untuk bisa meyakinkan interviewer bahwa jurusan yang nanti akan kita pelajari relevan dengan permasalahan Indonesia sekarang. So! Indonesia bakal butuh kita. Jadi tips buat teman teman yng mau daftar LPDP atau besiswa lain, baiknya cari tau apa jurusan prioritas yang mereka terima. Kemudian selaraskan jurusan studi yang akan kamu ambil dengan apa yang mereka cari. Buat benang merahnya.
Sedikit kecewa, tapi perjuangan tetap berlanjut karena saya sudah terdaftar untuk real test ielts dengan biaya pada waktu itu November 2014 adalah 2.450.000 ($195). Pulang dari bogor, selang beberapa hari saya dan mama yang baru beberapa hari di malang (susulin saya sekaligus mau jalan jalan di bromo) kami berangkat ke Surabaya untuk check point terakhir saya di pulau jawa yaitu real test ielts di IALF Surabaya. Real test ielts itu super ketat. Verivikasi ktp beberapa kali, finger print, foto, dan akhirnya masuk ruangan tes.

Wewh.

Cukup tegang pemirsah.

Tapi Alhamdulillah hari itu dapat kekuatan super bisa konsen ngerjain soal-soalnya. Intinya itu sih, konsentrasi dan sholat tahajjud. Alhamdulillah perjuangan yang berakhir manis ini, dijalani berdua ditemani mama. Senangnya berlipat mendapat berita gembira ketika disamping kita ada orang yang kita cintai. Setidaknya mama yang bukain amplop ielts, karena waktu itu saya nervousnya minta ampun. Hhaha belum lagi udah dapat wanti wanti dari papa kalau tidak lulus ieltsnya, maka tidak ada episode pare kedua. Fiuhh but well, I did it.

Alhamdulillah. Modal HSK, IELTS, dan info LPDP dari nona toil-toli maka semakin mantap hati ini untuk mendaftar. Tapi as plan B, saya juga mendaftar di Erasmus Mundus yang nanti april 2015 pengumumannya, Orang tulip scholarship, dan bersiap untuk turkey burslari juga Australian Awards Scholarship. Pokoknya scholarship hunter.

Setelah berkasnya rampung, akhirnya 20 januari 2015, beres, dan mendaftar online di lpdp.depkeu.go.id. akhirnya datang pengumuman bahwa lolos ke tahap wawancara. Berlokasi di Makassar, saya, dissa, afif dan risky maju ke medan wawancara LPDP. Tanggal 9-10 feb 2015. Selain wawancara juga ada tes LGD (leaderless group discussion). Lucunya saya, afif, dan dissa kembali berjodoh dikumpul dalam satu kelompok LGD 14A. serasa lagi diskusi di kelasnya pak patrice. hhihi proses wawancara saya agak berbeda dengan afif dan dissa yang katanya rada riweuh juga interviewernya. Sedangkan risky hampir sama dengan saya, yang prosesnya agak santai.

Selama proses wawancara interviewer saya Alhamdulillah apapun jawabannya gak pernah di bantai sama mereka paling banter ada ekspresi bingung aja pas dengar jawaban saya. hhaha saya awalnya di Tanya soal profil dan loA. Pada saat itu saya baru punya loA conditional dari university of Birmingham jadi tidak saya upload pas mendaftar karena yang diminta adalah unconditional. Tapi posisinya saya telah mengirim berkas yaitu legalisir ijasah dan transkip yang menjadi syaratnya. interviewernya sangat getol nanyai apakah kamu udah pasti dapat uncond atau tidak, kalau iya, kapan. Dan saya hanya bisa menjawab sesuai kenyataan bahwa saya tidak tau kapannya tapi 95% inshaallah saya bisa dapat loA uncond, cara meyakinkan interviewer pada saat itu adalah saya katakan bahwa saya telah berkomunikasi dengan staff admissionnya dan mereka telah memberi kabar positif hanya saya harus menunggu tanpa menyebutkan tanggal yang pasti.

Selain itu pertanyaannya seputar cita cita saya, kata interviewernya susah loh kalau kamu mau jadi diplomat. Karena setiap 2 tahun sekali suami harus turut istri keluar negeri kalaupun nikah dengan sesama diplomat itupun harus ditugaskan di negara yang berbeda. Jawaban saya yaitu iya bu, sambil senyum, dan cerita bahwa saya sudah mendengar dan mengerti konsekuensi diplomat karena kebetulan waktu di china ketemu sama teman yang omnya seorang diplomat jadi kita sudah banyak sharing (sama kak hanum). Dari situ ibunya baru tau kalau saya pernah ke china. Hmm. Mungkin ini satu pointnya bahwa kita perlu tau apa apa kelebihan kita untuk jadi bargaining power pada saat wawancara namun kita harus membawakannya dengan cara yang membumi. Jangan sampai ada kesan show off.  Oh ya saya juga ditanya kenapa pilih Birmingham, disini teman teman harus hafal rangking universitas tersebut selain alasan alasan lain yang mungkin teman teman punya. Ini akan menunjukan bahwa teman teman cari tau mendalam tentang universitas tujuan teman teman. saya lantas di Tanya kembali apa kamu pantas sekolah disitu. Ini dan pertanyaan apakah kamu pernah gagal. Dua pertanyaan tersebut bisa jadi jebakan juga kalau kita jawabnya terlalu dibawa ribet. Hhehe waktu itu saya jawab aja saya merasa pantas karena rajin belajar dan pantang menyerah trus soal gagal, pernah pas ikutan UNIPREP dompet dhuafa. Itu aja. Hhehe

Itu dan beberapa pertanyaan lainnya seperti bagaimana cara mendapatkan rekomendasi, apa prestasimu, selama s1 pernahkah mendapat beasiswa, lancar mandarinnya, bisa intrepter ga, dll. Oh ya, tips pembukanya yang harus di awal, kalau teman teman baru akan memulai wawancara jangan sampe lupa jabat tangan dengan semua interviewer walaupun mereka lagi sibuk baca berkas. Waktu itu saya malah dianggurin sama salah satu interviewer tapi tetap aja dengan senyum dan sapaan selamat pagi saya minta berjabat tangan dengan ibu tsb. Setelah itu, jangan dulu duduk sebelum teman teman di persilahkan. Kurang lebih demikian, setelah wawancara besoknya kami mengikuti tahapan LGD. Dan kebagian topik perpanjangan kontrak Freeport. Kami berlima dan ada dua orang psikolog di ruangan yang sempit tanpa ac. Alhamdulillah LGD berjalan smooth tanpa perdebatan mendalam antara kami. Yang penting di LGD adalah kita bisa menghadirkan solusi dan tentunya memerhatikan kaedah diskusi yaitu menghargai hak orang lain untuk berpendapat jangan sampai saling sanggah dan menjatuhkan.

Selesai tahapan wawancara dan LGD, sampai pulang ke ternate Cuma bisa ketemu dissa dan afif, trus mikel, ridho dan riri tapi di tempat yang terpisah. Disitu kadang saya merasa sedih. Yang lainnya sedang sibuk nampaknya. Hmm. 10 maret 2015 akhirnya tiba juga, dan kembali mama yang liatin hasilnya karena cukup deg deg ser waktu itu. Hhaha Alhamdulillah melihat nama di urutan 171 master luar negeri, langsung pelukan sama mama sampe nangis bareng. ALLAHU AKBAR. Alhamdulillah ALLAH SWT takdirkan rejeki di LPDP. Saat ketik ini Alhamdulillah dapat email dari pihak lpdp kalau saya masuk PK 32. Bismillah for the next step. Inshaallah di lancarkan.


Sampai disini, Sekali lagi terima kasih kekangkawan semua. Semoga cita cita kita mulia dan tercapai. Apapun itu mudah mudahan berkah bagi banyak orang. Semangat!


Nu

Monday, January 12, 2015

11 Alasan Mengapa Liburan Saya di Makassar pada Januari 2015 Adalah Liburan Paling Sempurna

So, yes, I went back. After more than 16 months.

Tiga semester sebelumnya, hadiah yang saya berikan untuk diri saya setiap kali selesai ujian akhir adalah tidur, makan sepuasnya, lalu membaca buku-buku seharian di atas tempat tidur sampe mengantuk, kemudian terbangun karena lapar, lalu makan, lalu baca buku lagi, sampai tertidur lagi, dan seterusnya. Hidup ini indah. Tapi di akhir semester empat, saya ingin menghadiahkan diri saya sesuatu yang pantas saya dapatkan. Dan saya membeli hadiah itu dua bulan sebelum saya menyentuhnya. Saya akhirnya pulang ke Makassar.

And it was the most perfect post-exam reward I gave to myself. 
And it became the most perfect holiday since 2013.
Kenapa?

1. Karena Benji dan Riri Hadir Bagaikan Malaikat
Semalam sebelumnya saya diberi tahu oleh Amdy dan Fikar bahwa dua orang ini akan mengangkut teman-teman kita ke bandara. Saya terenyuh. Kesetiaan mereka pada angkatan ini dari dulu tidak hanya dibuktikan dengan hadir pada acara makan-makan, tetapi juga mengantar teman-teman kemana-mana. Keluar makan, keluar karaoke, pergi bandara, dan sebagainya. Tanpa mereka, pasti saya akan mengeluarkan lebih banyak biaya. (Tolong April jangan bilang 'nda goyang ji CIMB' nah).
Terima kasih Benji dan Riri.
CEPAT KI ITU NAIK UJIAN MEJA DI'.


2. Karena Amdy dan Chris Membawa Kabar Gembira Yang Lebih Gembira dari Kabar-kabar Gembira Lainnya
Dan Christiansen Frisilya Perangin-Angin resmi menjadi orang kedua di angkatan ini yang bekerja bersama BUMN. Setelah Dita di J*******k, Chris dalam hitungan hari saja akan berstatus sebagai Pegawai OjekHI OJK. Luar biasa sungguh teman-teman ini. Tunggu mi saya sama Dissa nanti ikut-ikutan juga kerja di BUMN. Pos Indonesia, biar bisa ki keliling NKRI dan cari jodoh dari Sabang sampai Merauke, dari Bima sampai Soni, dari Donri-donri sampai desa Cia-cia.
Trus apa bede kabar gembiranya Amdy? Ehehehe, tunggu mi sampai dia dapat giliran diantar ke bandara.

3. Karena Fikar, Apip dan Ridho Ternyata Pria Paling Macho se-BTP
Pulang ke Makassar, saya menyadari ternyata mereka telah berubah. Semua ini karena produk Barat. Ya, Murray's Pomade itu telah menjatuhkan ideologi mereka. Mereka tidak lagi menggunakan produk lokal seperti minyak urang-aring atau Gatsby. Sungguh perubahan drastis. Dengan Murray's Pomade itu, mereka kini dinobatkan sebagai pria paling tampan se-BTP. Tidak mengherankan jika Dilah, tetangga mereka, diam-diam suka melirik mereka sambil pura-pura jemur baju dan dengar lagu Gita KDI. Apalagi kalo naik motor gede mi Ridho. Heeem... Na kalah-kalah pesonanya Fais atau Ishaq atau Ikki waktu Maba.

4. Karena Chida Tambah Putih dan Dwi dan Dissa Tambah Cantik
Seputih-putihnya Nu yang ada darah Cina nya, seputih-putihnya Vinsen yang kuliah di Cina, seputih-putihnya Hutry yang minum glukogen, lebih putih ki Chida sekarang. Serius ka' teman-teman. Mungkin karena Pertamina Foundation suka bagi-bagi SK-II gratis. Atau mungkin Chida mau ikut pemilihan Putri Hijab Minyak Tanah.
Sementara itu, Dissa dan Dwi membuat saya bergejolak ketika berjumpa mereka di bandara. Pengaruh London terbawa sudah ke Makassar. Mungkin ini pertanda bahwa Dwi harus kembali ke London untuk melanjutkan kuliahnya, dan Dissa juga harus ikut. Biar nanti 2017 ketika balik ke Makassar lagi untuk reunian, mereka semakin, cantik, mapan, dan tentu saja siap dipinang. Dipinang oleh pria yang tulus. Tanpa embel-embel tas Gosh apalagi yang masih ada label harganya.

5. Karena Manda Hadir dengan Tiba-tiba
Sulit dipercaya, di tengah lahapnya kami memakan Coto Paraikatte sore itu, ia hadir. Dan saya terkejut. Manda memang masih pendiam. Manda termasuk lima orang paling pendiam di angkatan, sama halnya dengan Sary, April, Pida, dan Benji. Senang rasanya bertemu Manda. Tapi saya mau, pertemuan selanjutnya, ia sudah bergelar S.IP. Bisa ji toh? Bisa jiiiii.....

6. Karena Dilah Masih "Kencang"............
........SUARANYA. Ketika berbicara, suaranya masih seperti dulu. Masih ramai. Masih heboh. Masih suka makan-makanan anak-anak yang di jual di depan sekolah-sekolah. Masih suka ambil foto pake kamera depan. Dan tentu saja, masih imut. Tapi saya berharap semoga Dilah masih suka nulis. Biar secepatnya menyumbangkan tulisan perdananya di blog ini.
(Ikki, I know you're reading this. Post yours!)

7. Karena Akhirnya 'Ngireng' dan 'Diskusi Asyik' Ada Lagi. Setelah Beberapa Tahun Dirindukan.
Sungguh pengalaman yang luar biasa. Terakhir kali saya ikut ngireng kalo tidak salah adalah pada malam tahun baru 2011, di rumah Dwi (dipisah ji laki-laki sama perempuannya). Terakhir kali ngireng yang seangkatan, yaitu tahun 2010 waktu kita jadi panitia baksos, dimana malamnya kita mempersiapkan morcaf di rumah Ridho sambil diam-diam menyiapkan kejutan untuk ulang tahun Icha. Terakhir kali diskusi asyik, kapan ya? Waktu semester 7, dimana kita beberapa kali ngumpul di Baruga untuk berdiskusi mengenai isu-isu HI yang pematerinya kita ganti-ganti. Ingat? Itu lah, yang diinisiasi oleh Ikki.
Nah, di Makassar kemarin, saya dibuat percaya bahwa ngireng dan diskusi asyik adalah bagian dari kita. Walaupun pesertanya hanya saya, Ridho, Apip, Benji dan Fikar (serta topik yang dibicarakan adalah topik-topik umum untuk latihan IELTS), suasana kebersamaan kembali terasa. Bedanya, kali ini tidak ada Nani yang biasa belikan minum, Aldy yang suka bertanya, atau Ivon serta DBD yang suka berfoto-foto di setiap kesempatan ngumpul-ngumpul angkatan.

8. Karena Ada Banyak Kisah Yang Saya Tidak Tahu Kalau Saya Tidak Kembali
Dan banyak kisah serta skandal yang terungkap. Tentang cinta yang datang maupun cinta yang pergi. Sudah lah, jangankan pergi setahun setengah, sebulan saja banyak kejadian mengejutkan. Yang penting, karakter kita masih sebaik dahulu. Dan yang lebih penting, kita bisa belajar dari setiap momen dalam hidup ini. Untuk hidup yang lebih baik. Oleh karenanya, bergabunglah bersama CIMB Niaga. Ehehehe cuma coba-coba.

9. Karena Kami Sempat Ber-Kicau
Kami makan pisang epe' malam itu. Dan sempat melihat kembali twit-twit lama di akun angkatan. Ada rasa rindu untuk ngetwit lagi. Dan akhirnya saya dibantu admin lain, kembali bergoyang dengan tema #KulinerKicau. Beda rasanya ngetwit sendiri dengan ngetwit dibantu oleh admin lain. Kami tertawa seperti orang gila. And that laughter, is the laughter I had been missing since I left Makassar.

10. Karena Angkatan Rapuh Masih Nongkrong Di Canai
Di malam terakhir saya di Makassar, kami berkumpul di Roti Canai Mahadhir. Ada Manda, Chida, Dissa, Amdy, Chris, Riri, Fikar, Benji, Apip, Ridho. Memang waktunya tidak lama. Tapi memorinya akan bertahan lama. Acara nongkrong itu mengingatkan saya pada acara nongkrong terakhir kita dengan jumlah anggota yang cukup banyak. Dulu ada Michael, Nani, April, Ikki, Inna, Aldy, dan lain-lain. Dan tempat ini memang menjadi tempat yang sering kita kunjungi. Sepulang kuliah, saat istirahat, saat tidak ada dosen, atau saat sekedar ingin duduk-duduk dan bercerita. 

11. Karena Angkatan Rapuh Masih Rapuh
Dan tentu saja, liburan kemarin menjadi liburan paling sempurna karena angkatan kita masih seperti dulu. Orang-orang yang sama dengan mimpi yang berbeda. Orang-orang yang sama dengan perjalanan hidup yang berbeda. Tapi liburan kemarin membuat saya tetap percaya, bahwa dimana pun kita berada, sejauh apapun kita berjalan mengejar impian, ada saatnya kita lelah. Lalu kembali. Kembali kepada orang-orang yang mengerti kita. Yang kita sebut keluarga. Yang tahu kita punya masalah tanpa kita ceritakan. Orang-orang yang masih peduli. Masih sudi mendengarkan keluhan kita di kehidupan yang baru. Masih mau menghibur kita dengan lelucon yang sama. Masih saling mendukung. Masih menyayangi. Masih rapuh.





13 Januari 2015,
Di sela-sela penulisan tesis,

Satky