Alhamdulillah, sudah setahun lebih aku menjalani peran ini, yeah..sebagai IRT. Menjadi sebuah IRT di umur yang masih
tergolong masih belia (anggap saja masih muda) ini menjadi tantangan yang besar buat saya sendiri.
Pasalnya, saya yang dulu suka bangun kesiangan,gegara tidur setalah shalat subuh, gak tau masak, piring-piring pada
berulat di kamar kosan baru di cuci, cucian numpuk dibawa ke laundri, sangat tidak mengurus
penampilan, dan tidak bisa tidur berdua. Tiba-tiba secara cepat aku harus mengubah
kebiasan itu semua dalam waktu singkat.
Oh..My God. . .
Masih jelas di ingatan saya, tepat sehari setelah saya
menikah. Saya diajarin mama dan papa untuk melayani suami. Mulai dari cara
membuatkan teh untuknya, menyiapkan gelas khusus untuknya, menyiapkan piring
(mangkok besar) khusus untuknya, menemaninya makan sampai dia selesai,dan masih
banyak lagi training dadakan yang saya alami waktu itu.
Alamaaaakk...rempongnyaa !
Belum lagi, acara
berkunjung ke rumah mertua. Mungkin waktu itulah nervousnya tingkat dewa selama saya hidup. Perasaan takut dan was-was itu sangat menyiksa. Takut gak bisa diterima
oleh keluarga suami, takut mengecewakan mereka. Sementara saya gak tau mau
berbuat apa saat itu. Mau bantu masak, gak tau, mau ngomong juga gak tau mau
bahas apa. Takut kelepasan ngomongnya. Dehhh....I’m like an idiot at that time . Untung saja keluarga akbar
sangat hangat, jadi perasaan “like an idiot’ itu cepat berlalu. Hehee.
Alhamdulillah...
Setelah beberapa hari menikah, saya langsung diboyong suami
ke pulau kalimantan ini. Tepatnya di kota Nunukan. Untuk mencapai kota ini saya
dan suami harus naik pesawat dari Makassar-Balikpapan-Tarakan kurang lebih 2
jam, dan dilanjutkan dengan naik speed boat selama kurang lebih 3 jam. Sesampai disana, saya langsung disambut oleh
sinar matahari yang bersinar dengan teriknya, sungguh menyengat. Panasnya aneh!
Mungkin bawaan angin laut kali atau hutan kelapa sawit. Perjalanan saya saat itu, belum
berakhir. Kami masih perlu naik taxi (semacam pete2 tapi kyk sistem taxi di
kota2 besar, antar kemana saja, tapi bayarannya mahal) selama 25 menit.
Akhirnya sampai jualah kami di rumah idaman itu.
Kota Nunukan, merupakan nama ibukota Kab. Nunukan, Namanya aja kota, tapi masih ramai dan bagusan
Bone sih. Gak ada tempat wisata, gak ada mall, gak ada kfc, pokoknya Ndesoo. Masih bagusan Bone kota. Ciyuss deeh! Nunukan itu sangat dekat dengan
Malaysia. Khususnya Tawau dan Sabah. Saking dekatnya saya sering jengkel ketika
jaringan telkomsel selalu SOS gegara jaringan Maxis dan kawan2 (lupaka namanya apa, mungkin kalian tahu) menghiasi sinyal bar hpku.Masa' jaringan aja di hack..Ckckcck
Di Nunukan sana, saya tinggal berdua dengan suami di sebuah
rumah mungil yang disekitarnya dikelilingi oleh orang Jawa, toh tinggalnya di
Kampung Jawa. Kebetulan, di Nunukan itu kebanyak penduduknya orang pendatang, jadi
ada banyak macam suku dan ras. Dan mereka pada umumnya tinggal
berkelompok. Misalnya, kampung Bugis, Kampung Tator, Kampung Jawa, Penduduk pribumi yakni orang Dayak juga ada, mereka juga hidup berkelompok,tapi kalau gak salah pada umumnya hidup di daerah pesisir. Sisanya orang Dayak, Tator, Jawa, Bugis, Tidung, hidup berbaur.
Salah satu ujian terberat jadi IRT itu adalah ketika sedang
sibuk-sibuknya ngurus rumah , mulai dari nyapu, nyuci, masak,ngepel dan masih banyak
lagi. Melayani kehidupan batin suami itu yang bikin leyeh-leyeh seharian.
Haha.. Capek banget! hihihi Butuh
adaptasi berbulan2 kalo soal ini. Karena kesehatan saya selalu drop
kalau terlalu kecapean. Hahhaha
Kehidupan di Nunukan ini tak berlangsung lama, soalnya saya harus kembali ke Makassar, dan suami dimutasikan di pemprov Kaltara,kota Tanjung Selor. Kabupaten Bulungan. Jadi sehabis wisuda kami langsung pindah rumah lagi. Mulailah kembali cobaan menghantam hubungan cinta kami. Pasalnya, suami saya harus menggolontorkan banyak dana ketika itu. Bayangin aja,
uang sudah habis terpakai saat persiapan skiripsi, ujian skripsi, tiket suami
pulang k Mks, acara syukuran di Mks dan dibone, tiket pulang berdua, baru tiba2
harus pindah rumah. Ngontrak bayar cash, belum lagi ongkos Nunukan ke bulungan
yang lumayan banyak, dan tiba-tiba papa sakit hingga harus pesen tiket pulang ke Bone dadakan, dan masih banyak
lagi. Asli cukup menguji kesabaran dan
kekuatan saya dan suami saat itu. Tapi,
karena kekuatan CINTA saya dan suami saya kala itu, akhirnya kini bisa melewati
semua hal yang penuh dengan penderitaan dan cobaan itu, dan tetap menjadikan
kami saling mengasihi dalam suka dan duka. Hehee
Di kota Tanjung Selor ini, saya hidup berdua dengan suami, tanpa keluarga. Memulai kehidupan rumah tangga dari NOL kembali, setelah kehidupan indah di Nunukan. Benar kata pepatah, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang
kemudian. Akhirnya, sekarang sudah bisa menikmati berbagai fasilitas, dan malah
lebih baik dari sebelumnya. Semua cobaan pasti ada hikmahnya!
Sungguh indah buah kesabaran itu kawan!:)
Semoga kami bisa melawan badai yang lebih dahsyat dari sebelumnya dengan penuh semangat dan tetap saling mengasihi satu sama lain.Aamiin ya Allah.
Di akhir curcol ini saya berharap semua yang membaca curcol ini, bisa
mendapatkan pasangan hidup yang bisa diajak hidup susah dan senang. Dan cepat
dapat jodoh semua.Aaamiinn
Salam rindu dariku,
U3~ @Tanjung Selor,Bulungan, Kalimantan Utara