Friday, December 6, 2013

Curcol si IRT

Alhamdulillah, sudah setahun lebih aku menjalani  peran ini, yeah..sebagai  IRT. Menjadi sebuah IRT di umur yang masih tergolong masih belia (anggap saja masih muda) ini menjadi tantangan yang besar buat saya sendiri. Pasalnya, saya yang dulu suka bangun kesiangan,gegara tidur setalah shalat subuh, gak tau masak, piring-piring pada berulat di kamar kosan baru di cuci, cucian numpuk dibawa ke laundri, sangat tidak mengurus penampilan, dan tidak bisa tidur berdua. Tiba-tiba secara cepat aku harus mengubah kebiasan itu semua dalam waktu singkat.

Oh..My God. . .

Masih jelas di ingatan saya, tepat sehari setelah saya menikah. Saya diajarin mama dan papa untuk melayani suami. Mulai dari cara membuatkan teh untuknya, menyiapkan gelas khusus untuknya, menyiapkan piring (mangkok besar) khusus untuknya, menemaninya makan sampai dia selesai,dan masih banyak lagi training dadakan yang saya alami waktu itu. Alamaaaakk...rempongnyaa !

Belum  lagi, acara berkunjung ke rumah mertua. Mungkin waktu itulah nervousnya tingkat dewa selama saya hidup.  Perasaan takut dan was-was itu sangat menyiksa. Takut gak bisa diterima oleh keluarga suami, takut mengecewakan mereka. Sementara saya gak tau mau berbuat apa saat itu. Mau bantu masak, gak tau, mau ngomong juga gak tau mau bahas apa. Takut kelepasan ngomongnya.  Dehhh....I’m like an idiot at that time . Untung saja keluarga akbar sangat hangat, jadi perasaan “like an idiot’ itu cepat berlalu. Hehee.
Alhamdulillah...

Setelah beberapa hari menikah, saya langsung diboyong suami ke pulau kalimantan ini. Tepatnya di kota Nunukan. Untuk mencapai kota ini saya dan suami harus naik pesawat dari Makassar-Balikpapan-Tarakan kurang lebih 2 jam, dan dilanjutkan dengan naik speed boat selama kurang lebih 3 jam.  Sesampai disana, saya langsung disambut oleh sinar matahari yang bersinar dengan teriknya, sungguh menyengat. Panasnya aneh! Mungkin bawaan angin laut kali atau hutan kelapa sawit. Perjalanan saya saat itu, belum berakhir. Kami masih perlu naik taxi (semacam pete2 tapi kyk sistem taxi di kota2 besar, antar kemana saja, tapi bayarannya mahal) selama 25 menit. Akhirnya sampai jualah kami di rumah idaman itu.  

Kota Nunukan, merupakan nama ibukota Kab. Nunukan,  Namanya aja kota, tapi masih ramai dan bagusan Bone sih. Gak ada tempat wisata, gak ada mall, gak ada kfc,  pokoknya Ndesoo. Masih bagusan Bone kota. Ciyuss deeh! Nunukan itu sangat dekat dengan Malaysia. Khususnya Tawau dan Sabah. Saking dekatnya saya sering jengkel ketika jaringan telkomsel selalu SOS gegara jaringan Maxis dan kawan2  (lupaka namanya apa, mungkin kalian tahu) menghiasi sinyal bar hpku.Masa' jaringan aja di hack..Ckckcck

Di Nunukan sana, saya tinggal berdua dengan suami di sebuah rumah mungil yang disekitarnya dikelilingi oleh orang Jawa, toh tinggalnya di Kampung Jawa. Kebetulan, di Nunukan itu kebanyak penduduknya orang pendatang, jadi ada banyak macam suku dan ras. Dan mereka pada umumnya tinggal berkelompok. Misalnya, kampung Bugis, Kampung Tator, Kampung Jawa, Penduduk pribumi yakni orang Dayak juga ada, mereka juga hidup berkelompok,tapi kalau gak salah pada umumnya hidup di daerah pesisir. Sisanya orang Dayak, Tator, Jawa, Bugis, Tidung, hidup berbaur.  

Salah satu ujian terberat jadi IRT itu adalah ketika sedang sibuk-sibuknya ngurus rumah , mulai dari nyapu, nyuci, masak,ngepel dan masih banyak lagi. Melayani kehidupan batin suami itu yang bikin leyeh-leyeh seharian. Haha.. Capek banget! hihihi  Butuh adaptasi berbulan2 kalo soal ini. Karena kesehatan saya selalu drop kalau terlalu kecapean. Hahhaha

Kehidupan di Nunukan ini tak berlangsung lama, soalnya saya harus kembali ke Makassar, dan suami dimutasikan di pemprov Kaltara,kota Tanjung Selor. Kabupaten Bulungan. Jadi sehabis wisuda kami langsung pindah rumah lagi. Mulailah kembali cobaan menghantam hubungan cinta kami.  Pasalnya, suami saya harus menggolontorkan banyak dana ketika itu. Bayangin aja, uang sudah habis terpakai saat persiapan skiripsi, ujian skripsi, tiket suami pulang k Mks, acara syukuran di Mks dan dibone, tiket pulang berdua, baru tiba2 harus pindah rumah. Ngontrak bayar cash, belum lagi ongkos Nunukan ke bulungan yang lumayan banyak, dan tiba-tiba papa sakit hingga harus pesen tiket  pulang ke Bone dadakan, dan masih banyak lagi. Asli cukup menguji  kesabaran dan kekuatan saya dan suami saat itu.  Tapi, karena kekuatan CINTA saya dan suami saya kala itu, akhirnya kini bisa melewati semua hal yang penuh dengan penderitaan dan cobaan itu, dan tetap menjadikan kami saling mengasihi dalam suka dan duka. Hehee

Di kota Tanjung Selor ini, saya hidup berdua dengan suami, tanpa keluarga. Memulai kehidupan rumah tangga dari NOL kembali, setelah kehidupan indah di Nunukan. Benar kata pepatah, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Akhirnya, sekarang sudah bisa menikmati berbagai fasilitas, dan malah lebih baik dari sebelumnya. Semua cobaan pasti ada hikmahnya! 

 Sungguh indah buah kesabaran itu kawan!:)

Semoga kami bisa melawan badai yang lebih dahsyat dari sebelumnya dengan penuh semangat dan tetap saling mengasihi satu sama lain.Aamiin ya Allah.
Di akhir curcol ini saya berharap  semua  yang membaca curcol ini, bisa mendapatkan pasangan hidup yang bisa diajak hidup susah dan senang. Dan cepat dapat jodoh semua.Aaamiinn



Salam rindu dariku,

U3~ @Tanjung Selor,Bulungan, Kalimantan Utara

No comments:

Post a Comment