Tulisan
ini hadir tiba-tiba, setelah beberapa hari belakangan saya memperhatikan
teman-teman dari jauh. Alhamdulillah kabar baik dating silih berganti di
angkatan yang rapuh ini. (*Datang, sorry autocorrect).
Tapi sadar tidak sadar, kalau diperhatikan, teman-teman dengan kabar baik ini
kok rata-rata perempuan dan… lajang ya? Mungkin ini kebetulan, tapi mungkin
juga tidak. Bisa jadi di balik kesuksesan mereka sekarang, mereka memotivasi
dirinya dengan lebih teguh dan usahanya terbilang maksimal.
Dilah. Sukses dengan Cici Marthan, travel enterprise yang usianya belum
sampai setengah tahun, tapi saat ini sedang sangat berkembang di Makassar.
Mungkin peluang bisnis Dilah adalah teman-teman kita sendiri, seperti Hutry
yang bolak-balik Nunukan-Makassar-Nunukan dan meninggalkan suami, teman-teman
yang beberapa kali travel ke luar kota seperti April, atau mungkin saja Sary
yang sempat ingin beli tiket untuk sesorang pria di kota Padang yang entah
hingga saat ini apa kabarnya. Dilah usianya masih 22 tahun, jomblo, baru
bergelar sarjana 3 bulan lalu, perusahaannya masih sangat baru, hanya
menggunakan marketing tool seadanya, capital yang tidak sampai puluhan juta, employee yang jumlahnya bisa dihitung
jari, tapi kok Cici Martan bisa seberkembang ini? Setelah saya pikarpakarpikir,
ada nilai yang Dilah bawa yang tidak dibawa oleh entrepreneur lain. Nilai apa
itu? Nilai kemanusiaan. Dilah membuka bisnis travel salah satu tujuannya adalah
membantu memudahkan teman-teman yang ingin membeli tiket pesawat. Dari niatnya
saja sudah bagus, apa lagi ditambah dengan kerjanya yang juga maksimal; sedia
24 jam sehari dengan tabnya untuk melayani permintaan tiket dari siapapun
(sampai-sampai baterei tab harus drop karena internet selalu diaktifkan), aktif
menarik customer dengan menggunakan marketing
tool yang sangat efektif saat ini (twitter…. dan gosip), dan kepandaiannya
untuk mempromosikan usahanya dengan orang-orang di sekitar. Yang unik adalah,
ketika berbisnis, kita berupaya untuk mendapatkan profit sebanyak-banyaknya,
tapi Dilah malah sangat senang ketika bisa mendapatkan tiket dengan harga
termurah untuk kostumer. Untungnya dari mana? Bukan dari uang pastinya, tapi
dari kepuasan batin setelah dia berhasil menyenangkan hati customer. Sepertinya Dilah tahu bahwa dengan memberikan best customer service, uang bukanlah
masalah. Karena ketika sudah ada pembeli, uang akan datang dengan sendirinya.
Sary. (Ededeh, Sary mi seng). Baru-baru ini
diterima di salah satu MNC asal Australia. Fenomenal. Amazing. Wonderful.
Fantastic. Incredible. Marvelous.
Tak dapat BUMN, rezekinya ternyata ada di perusahaan asing. Tapi kita nggak tau
ya apakah perusahaan asing bisa memberikan jodoh buat Sary, layaknya BUMN
berinisial J? Sary memang fenomenal, meninggalkan Makassar ke Surabaya dan
sekaligus menjadi punggawa 09 pertama yang berhijrah pasca-wisuda, dan sekarang
ia hadir dengan berita gembira. Tapi mungkin kita akan lebih bahagia kalau
mendengar berita gembira tentang Sary yang dipinang oleh CEO jetset atau
eksekutif seperti yang ia impikan dulu. Sayangnya, kita tidak pernah tahu kapan
berita baik tentang jodoh Sary itu datang menghampiri angkatan ini. Entahlah.
Yang penting sekarang, Sary yang berusia 28 tahun tapi jomblo ini, sudah
memasuki tahap baru sebagai wanita karier, dan sudah siap membayar hutang
syukuran wisuda yang belum ia penuhi hingga saat ini. (Saya juga belum sih.
Ehehehe coba-coba…)
Perempuan
yang ini memang sudah dikenal sebagai pekerja keras, tapi tidak suka dikerasi
apalagi sama laki-laki. April. 20 tahun dan sudah punya jaminan
pekerjaan nantinya. Kerja di bank pasti menyenangkan, apalagi posisinya bagus
(sekalian motivasi diri ka’ ini kodong). April adalah perempuan sekaligus anak
pertama di Angkatan Rapuh yang tahu rasanya jadi orang kantor. Dengan academic record yang menakjubkan, April
terpilih sebagai lulusan terbaik FISIP Unhas periode Juni 2013, dengan IPK
3.92. April memang hebat, di balik stres yang ditimbulkan oleh padatnya
kerjaan, macetnya Jakarta, sepinya hidup tanpa keluarga dan teman angkatan, dan
kondisi jomblo yang ia hadapi sekarang, April tetap survive dan bisa jadi inspirasi buat teman-teman yang lain. Apalagi
sebagai jomblo (ehm…) April pasti bisa lebih fokus dengan pekerjaannya
sekarang. Tapi kalo April kepikiran untuk membuka hati, dan mengisi relung yang
kosong itu, yah… ehehe coba-coba…. Mungkin Ridho bisa lah hadir membawa setitik
sinar dan seteguk kasih sayang.
Sewaktu
maba, Dwi sudah mengumbar-umbar aurat, eh, maksudnya kecintaannya pada
Eropa. Dan tadaaaa… sekarang chef
angkatan kita sudah berada di salah satu most
livable cities in the world: London! (Trus gue harus bilang ‘wow’ gitu?
Nggak, bilang aja jealous!). Dwi memang serius dalam mengejar impian. Impian
untuk kuliah di Inggris, mengenyam pendidikan tinggi dan bermutu, berjalan di
pusat kota dengan gaya London Lady,
nikah dengan bule, punya anak bermata biru dan berambut pirang, dan sebagainya.
Dan Dwi saat ini tengah berjuang untuk impian-impian tersebut. Belajarlah
dengan giat, Dwi. Motivasilah dirimu sesering mungkin, karena tak ada pacar
yang bisa memotivasimu sekarang. Jagalah silaturahmi dengan Angkatan Rapuh
dengan terus kirim berita-berita terkini di Line Angkatan setiap malam, karena
tak ada pacar yang bisa kamu kirimi sms ‘Good
night, honey…’. Semoga kelak hadir pria yang tidak hanya bisa menerimamu
apa adanya, tapi juga berdada bidang, berkulit terang, berwajah tampan.
(Maksudku Ishaq. Atau Fais.). Semoga kamu mendapatkan bule. Agar kelak kamu
tidak seperti Sary, yang ketika ditanya oleh anaknya; “Mommy, where is daddy?”, dan Sary menjawab, “Sweety, your daddy is in Soroako…”
DBD.
Bingung ka’ apakah DBD terhitung kering atau basah. Jomblo atau pacaran. Karena
statusnya dengan Vicky hanya ia, Vicky, dan Tuhan yang tahu. Mungkin Ivon juga
tahu tapi entah lah, sebagian besar teman-teman di Angkatan Rapuh tidak
mengetahuinya. Well, DBD juga sekarang sudah bekerja, di salah satu NGO yang
berbasis di Bogor. NGO kan memang kerjaan impian anak HI? Dengan pelan-pelan
dan penuh kelembutan, DBD menjamah lowongan kerja yang ada dan akhirnya
sekarang ia berstatus sebagai wanita karier juga. Ini tentu tidak terlepas dari
peran Vicky yang terus memotivasi DBD sampe lupa memotivasi skripsinya sendiri,
dan peran Ibunda tercinta di Bandung sana. Tapi jika harus memilih, pilihlah
ibumu, Deb. Karena ridho Allah adalah ridho orang tua. Dan ridho Vicky adalah
ridho wirawan. Ehehe coba-coba.
Icha
(yang ini nassa-nassami jomblo, kecuali diam-diam dia ta’aruf). Icha, adik kita
yang masih belajar ngaji Iqra 3 ini sekarang sudah bekerja di NGO juga loh,
teman-teman. Berbasis di Makassar, dan fokus tentang kelautan dan wilayah
pesisir. Hm.. tentu ini akan menjadi peluang yang baik untuk Ridho, karena
dengan bermodalkan wawasan bahari dan terumbu karang yang ia dapatkan semasa
KKN, Ridho bisa menjadi lebih pede mendekati Icha. Tapi kita tidak perlu
khawatir Icha memasuki dunia kerja, karena sebelumnya ia sudah punya pengalaman
kerja sebagai guru yang murid-muridnya seusia dengan dia (kisaran 8 hingga 12
tahun). Yang saat ini kita perlu khawatirkan adalah bagaimana agar Icha mampu
mengalokasikan penghasilannya untuk syukuran dengan teman-teman. Hitung-hitung
syukuran wisuda belum terselenggara, dan Angkatan Rapuh di Makassar semakin
sedikit, jadi intensitas pertemuan harus terus ditingkatkan. Karena jika kita
tidak kompak dan hanya memikirkan diri sendiri, April akan marah-marah di
Jakarta, membanting komputer kantor dan merobek-robek portfolio di meja sambil
teriak: “ANGKATAN KITA RAPUH!!!”
Now,
who else?
Kabar
baik dari teman-teman akan terus ditunggu. Yang laki-laki, yang perempuan, yang
jomblo, yang sudah punya pacar, yang di-PHP, semua harus sukses. Angkatan kita
memang rapuh. Angkatan kita tidak punya nama, tapi apalah arti sebuah nama
angkatan kalau kita sudah punya identitas sebagai anak HI Unhas Angkatan 2009.
Lagian, nama bisa jadi oposit dari diri seseorang / organisasi. Jadi mending
punya nama yang dari luar sangat tidak bermakna, tapi aslinya precious dan berbeda dari nama itu.
Seperti nama angkatan kita. Rapuh.
Missing
you,
Satky
No comments:
Post a Comment